Senin, 04 Juli 2011

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN



 PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN


Oleh : Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd.





Kegiatan Belajar 1


Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

A.      Definisi dan Makna Perkembangan


Perkembangan merujuk pada perubahan yang sistematis yang sering terjadi sepanjang siklus kehidupan manusia. Kata sistematis dalam pengertian perkembangan mengandung implikasi bahwa perubahan yang bersifat perkembangan adalah perubahan yang beraturan atau terpola mengikuti tahap atau sekuensi tertentu. Perkembangan adalah proses yang kompleks karena perkembangan merupakan hasil ari berbagai proses biologis, kognitif, sosial, dan moral.

Dalam pandangan lama, para ahli membagi konsentrasi studi tentang perkembangan ke dalam:
1.      pertumbuhan dan perkembangan fisik
2.      perkembangan aspek kognitif yang mencakup persepsi, bahasa, belajar,berfikir.
3.      perkembangan psikososial yang mencakup perkembangan emosi, kepribadian, dan hubungan antarpribadi.
Dalam pandangan mutakhir yang disebut pandangan holistik yang melihat manusia sebagai makhluk biologis, kognitif, sosial, dam makhluk Tuhan dimana perubahan dalam satu asper akan tergantung kepada dan mempengaruhi perubahan/perkembangan aspek lain. Perspektif holistik merupakan keterpaduan pandangan tentang proses perkembangan yang menekankan pentingnya interaksi antara perkembngan fisik, mental, emosi, dan moral.

Di dalam perkembangan terjadi proses biologis, kognitif, sosial. Proses biologis melibatkan perubahan fisik individu. Proses kognitif mencakup perubahan berfikir, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses sosial mencakup perubahan hubunga anak dengan orang lain, emosi, dan kepribaian.
Perilaku yang dihasilkan karena kematangan disebut perilaku pilogenetik, dan perilaku yang diperoleh karena pengalaman disebut perilaku otogenetik. Baik kematangan maupun pengalaman turut menentukan perkembangan, perkembangan merupakan interaksi antara faktor nature dan nurture daripada sebagai hasil ssalah satu faktor. Kombinasi keduanya akan menghasilkan kesepakatan belajar (resdiness to learn).

B.      Aspek-aspek Perkembangan Anak Sekolah Dasar

1. Perkembangan Motorik dan Persepsi
Pertumbuhan fisik terjadi masa prasekolah terutama perubahan ukuran, tinggi, berat, dan gerak-gerak motorik kasar, sedangkan gerak motorik halus tumbuh masa sekolah dasar, tinggi dan berat badan terus bertambah, kelenjar lemak lebih cepat tumbuh. Dalam kaitan perkembangan tubuh ini anak dapat digolongkan dalam endomorfik (gemuk karena kelenjar lemaknya kat), mesomorfik ( atletis karena kelenjar ototnya kuat), dan ektomorfik (kurus). Pada masa SD perkembangan fisik harus merupakan kepedulian guru. Reaksi-reaksi fisik sering kali menunjukkan dinamika intelektual peserta didik.

2. Implikasi bagi Proses Pembelajaran
a. Perkembangan motorik terkait erat dengan perkembangan pengenalan anak
terhadap dunianya. Implikasi bagi pembelajaran ialah bahan ajar dan proses pembelajaran di Sekolah Dasar harus terpadu dengan seluruh aspek perkembngan anak.
b. Faktor pertumbuhan otak. Proses pembelajaran di SD tidak hanya terfokus pada perkembangan kemampuan memori, logis, dan berfikir detail, tetapi juga menyangkut perkembangan ekspresi dan berfikir kreatif.
c. Faktor kemampuan konsenrasi dan daya selektifitas anak terhadap objek
pengamatan membawa implikasi kepada perancangan dan pengorganisasian bahan belajar, dan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
C. Perkembangan Kognitif dan Kesiapan Belajar

Perkembangan kognitif adalah perubahan struktur skema. Jadi skema adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan. Struktur skema itu cukup untuk merespon lingkungan maka individu berada dan mencapai apa yang disebut kondisi ekuilibrium (seimbang, antara kecakapan dengan tuntutan lingkungan), namun jika tidak seimbang individu berada pada kondisi disekuilibrium (tidak seimbang).

1. Periode Sensomotorik (0-1 ½ tahun)
Bayi mengembangkan dan mengkoodinasikan sejumlah besar ragam keterampian perilaku, namun perkembangnan skema verbal dan kognitif masih sangat miskin dan tidak terkoordinasi. Pembentukan konsep terbatas pada objek permanen, yaitu objek yang tampak dalam batas pengamatan anak.

1.    Periode Operasi Awal (1 ½ tahun)
Pada periode ini telah terjadi perkembangan imajinasi dan kecakapan mengingat, maka belajar menjadi sesuatu yang akumulatif dan tidak bergantung pada kehadiran objek dan pengalaman konkret. Anak lebih berfikir sistematis karena dia mengaitkan faktor-faktor yang ada pada situasi saat ini dengan skema sebelumnya yang ada dalam ingatannya.

2.    Periode Operasi Konkret (7-12 tahun)
Struktur skema yang berkembang pada periode ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Good dan Brophy, 1990):
a.                   Keterampilan klasifikasi, yaitu keterampilan mengklasifikasikan objek tanpa bergantung pada kehadiran objek. Misalnya mobil dan kereta api digolongkan ke dalam alat transportasi.
b.                  Konsep Konservasi, yaitu kemampuan untuk berfikir bahwa keadaan sesuatu itu tidak berubah. Anak dapat memahami bahwa panjang tali tidak berubah jika dibuat melingkar.
c.                   Kemampuan mengurutkan, yaitu kemampuan menempatkan objek dalam urutan dari terkecil ke terbesar.,dan sejenisnya.
d.                  Kemampuan negation, taitu kemampuan untuk mengenal bahwa suatu tindakan itu dapat dikembalikan kepada keadaan asal.anak akan berfikir bahwa volume air dalam 2 tabung sama ketika keduanya diisi seimbang. Tapi dia jadi bingung ketika air didistribusikan kedalam beberapa gelas.
e.                   Identitas, yaitu kemampuan mengenal bahwa objek yang bersifat fisik akan mengambil volume atau jumlah tertentu.
f.                   Kompensasi, yaitu kemampuan mengenal bahwa perubahan pada suatu dimensi akan dikompensasi oleh perubahan pada dimensi lain. Anak akan berfikir bahwa ember akan memuat air lebih banyak daripada satu gelas, tapi air di ember itu akan ada beberapa gelas.

4. Periode Operasi Formal (12 tahun ke atas)
Ciri periode operasi formal ialah perkembangan kecakapan simbolis dan pemahaman isi secara bermakna tanpa bergantung kepada keberadaan objek fisik, atau bahkan kepada imajinasi masa lalu akan objek sejenis. Kemampuan mengorganisasikan hasil berfikir memungkinkan anak berperilaku secara konsisten dan logis serta mengaplikasikan gagasan-gagasannya.

5. Kesiapan Belajar dan Implikasi Pembelajaran
Periode operasa konkret merupakan unsur penting dalam kesiapan sekolah, maka seorang anak akan menunjukkan kesiapan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah pada saat mencapai periode itu. Implikasi prinsip tersebut , guru hendaknya mengajarkan suatu keterampilankepada anak sampai anak itu memperoleh kesiapan mempelajari sesuatu dengan relatif lebih mudah. Teori Piaget (Thomas L. Good dan Jare E. Brophy, 1990: 51-52) memandang bahwa pikiran anak merupakan suatu struktur yang secara terus menerus berkembang ke arah organisasi dan integresi yang lebih tinggi.



D. Perkembangan Pribadi dan Sosial

Perkembangan pribadi mencakup perkembangan konsep diri, emosi, independensi dan tanggung jawab.dalam  konsep diri, anak masih berorientasi pada diri sendiri. Dalam aspek perkembangan emosi, anak sekolah dasar cenderung belum stabil. Kecenderungan untuk tidak toleran terhadap orang lain, agresif secara fisik, rendahnya kesadaran atas kesalahan diri sendiri, dan egoistis. Kesadaran pada tanggung jawab tampak pada hasrat untuk menentukan kegiatan sendiri, mengambil inisiatif, kesediaan bekerja sama, keberanian mengambil resiko, dan sikap tiak bergantung pada guru.

E. Pendekatan Pekembangan dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar

Dewasa ini orientasi pendidikan di SD lebih pada orientasi isi, artinya ditekankan pada penguasaan isi ilmu pengetahuan, dan yang menjadi mata elajaran adalah isi mata pelajaran itu. Pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP) merupakan alternatif pembelajaran di SD, yang menekankan prinsip ketercernaan, yang secara sistematis tugas ajar dan bahan ajar dirancang dan dilaksanakan sejalan dengan karakteristik perkembangan siswa, terutama di kelas-kelas awal.

1. Hakikat Pendekatan Perkembangan
Pendekatan ini memandang:
a.                anak sebagai subjek yang kecakapan mental yang berkembang terus.
b.               Belajar sebagai proses kreatif
c.                Pengetahuan sebagai hasil belajar adalah suatu konstruksi yang terbentuk
          atas kontribusi bersama antara subjek dan objek
d.               Mengajar adalah menciptakan lingkungan belajar yang padan dengan
           perkembangan anak
Konsep pendekatan perkembangan mengandung dua dimensi, yaitu dimensi umur dan individual. Dimensi umur,  menunjukkan bahwa ada sekuensi dan perubahan yang universal dan dapat diramalkan, terutama usia 9 tahun pertama. Perubahan tersebut menyangkut aspek fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Dimensi individual, kurikulum dan interaksi orang dewasa dengan anak harus responsif terhadap keragaman individual.belajar pada anak merupakan hasil interaksi antara pikiran dan pengalaman anak dengan bahan, gagasan, dan manusia lain.

2. Perkembangan dan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar

a. Keterpaduan perkenbangan dan belajar
Adalah hal penting untuk memahami anak usia sekolah dasar sebagai landasan pengembangan proses pembelajaran yang padan dengan perkembangan anak.perkembangan aspek yang satu akan mempengaruhi dan dipengaruhi aspek lain. Belajar anak berlangsung terpadu terutama pada kelas awal. Guru sekolah dasar harus menguasai seluruh kurikulum sebagai suatu kesatuan dan keutuhan.

b. Perkembangan fisik
 dibanding dengan pertumbuhan lima tahun pertama.kegiatan fisik bagi anak usia sekolah dasar adalah hal yang esensial yang dapat memperhalus perkembangan keterampilan dan harga dirinya.

c. Perkembangan kognitif
Pada usia ini mulai memiliki kecakapan berfikir tentang masalah dan pemecahannya karena mereka mampu memanipulasi objek secara simbolis. Kondisi ini merupakan prestasi utama paa anak yang akan berkembang terus ke arah pemecahan masalah. Banyak kecakapan yang berkembang, diantaranya ialah kecakapan melihat dan memahami pandangan orang lain yang akan memperluas keterampilan komunikasi anak.

d. Perkembangan sosial-emosional dan moral
Anak usia sekolah dasar mulai menaruh minat dan perhatian yang kuat terhadap kehidupan kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang gagal mengembangkan kompetensi sosial dan ditolak oleh teman-temannya menjadi beresiko tinggi putus sekolah, menjadi nakal, dan mengalamimasalah kesehatan mental.

3. Perkembangan Individual dalam Pendekatan Perkembangan

Sisi penting dari pendekatan perkembangan ialah pengetahuan tentang hal apa yang secara individual padan dengan anak tertentu didalam kelas. Proses pembelajarannya bersifat fleksibel dalam hal kapan dan bagaimana anak memperoleh kompetensi tertentu. Fleksibilitas terletak dalam bagaimana pengelompokan siswa dilakukan. Prinsip ini memungkinkan terjadinya penggabungan tingkat ke dalam kelas yang sama (multigrade/level) yang dalam keseharian sering terjadi di sekolah-sekolah yang kekurangan guru.

4. Paduan bagi Implementasi Pendekatan Perkembangan

a. Pengembangan bahan ajar
Bahan ajar yang berorientasi pada pendekatan perkembangan dirancang untuk mengembangkan seluruh  ranah perkembangan anak: fisik, sosial, emosi, dan kognitif melalui pendekatan terpadu.
1.        Pengembangan bahan ajar didasarkan atas pengamatan dan catatan guru atas minat dan perkembangan setiap anak.
2.        Pengembangan bahan ajar menekankan kepada belajar sebagai proses interaktif.
3.        Kegiatan belajar dan bahan ajar harus konkret, riil, dan relevan dengan kehidupan anak.
4.        Bahan ajar yang disiapkan harus mengakomodasikan rentang perkembangan kecakapan dan minat, bukan semata-mata berdasarkan rentang usia kronologis dalam kelompok.
5.        Bahan ajan dan kegiatan belajar dikembangkan secara bervariasi, guru meningkatkan tingkat kesulitan, kompleksitas, kebaruan, dan tantangan dari suatu kegiatan yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa didalamnya.
6.        Bahan ajar dikembangkan dengan memperhatikan konteks budaya anak.
b. Interaksi guru-siswa
Pola dasar interaksi yang dimaksud :
1.      Guru secara cepat dan langsung merespon kebutuhan,keinginan dan pesan dan menyesuaikan responnya dengan keragaman gaya dan kecakapan individual.
2.      Guru mengembangkan berbagai kesempatan bagi anak untuk berkomunitas.
3.      Guru memberikan kemudahan bagi pencapaian tugas perkembangan melalui pemberian dukungan, perhatian, sentuhan fisik, dan dorongan verbal.
4.      Guru memahami sumber-sumber stres yang terjadi pada siswa dan secara sadar berupaya mengembangkan kegiatan dan tehnik untuk mengurangi stres tersebut.
5.      Guru mengembangkan kemudahan bagi perkembangan harga diri anak dengan cara menghargai dan menerima anak.

c. Hubungan antara keluarga dan program
Agar program pembelajaan dapat memenuhi kepadanan individual mutlak diperlukan hubungan kemitraan antara sekolah dan keluarga. Secara reguler guru an orang tua perlu berbagi pengetahuan dan wawasan tentang anak.

d. Evaluasi berorientasi perkembangan
Evaluasi perkembangan dan belajar anak secara individual adalah hal esensial bagi perencanaan dan implementasi program pendekatan perkembangan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya diskriminasi dan menjamin ketepatan evaluasi.

Keputusan yang memiliki dampak kuat terhadapa anak seyogianya tidak didasarkan atas asesmen tunggal melainkan perlu mempertimbangkan informasi lain yang relevan, terutama berdasarkan pengamatan guru dan orang tua.





KEGIATAN BELAJAR 2

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PEMBELAJARAN


Rancangan pembelajaran dapat dianalogikan dengan rancangan strategi permainan untuk suatu tim. Perancang pembelajaran kelas yang baik, mengetahui kekuatan dan kelemahan siswanya dan tahu tantangan yang terkandung dalam kurikulum. Ada suatu analogi menarik dengan rancangan pembelajaran. Seorang guru adalah seorang sutradara, dan juga aktor yang memainkan jalan cerita, tetapi juga sekaligus sebagai penonton karena dia harus mengamati apa yang terjadi dalam proses tersebut. Ada 3 hal pokok yang akan dbicarakan dalam kegiatan belajar ini, yaitu:
1.                  Hakikat proses pembelajaran
2.                  Prosedur pengembangan rencana pembelajaran
3.                  Rancangan unit pembelajaran

A. Hakikat Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum,  menuntut peran guru untuk mengartikulasikan kurikulum/bahan ajar serta mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pembelajaran dalam suatu tindakan yang akurat dan adekuat.

1. Pembelajaran sebagai Inkuiri Refleksi
Cara kita memandang esensi pembelajaran akan bergantung kepada bagaimana kita memendang pendidikan. Apakah kita memandang sebagai suatu hasil atau sebagai proses. Cara kita membedakan kedua hal ini akan mempengaruhi cara mempelajari pendidikan dan perilaku kita sebagai guru.

Sebagai proses inkuiri reflektif, pembelajaran mengandung makna sebagai proses sintesis dan analisis. Inkuiri dalam pembelajaran mengandung makna mempertanyakan, menjelajahi lebih lanjut, dan memperluas pemahaman tentang situasi. Refleksi mengimplikasikan adanya dugaan, penilaian, dan pertimbangan faktor-faktor yang signifikan terhadap pencapaian tujuan.
Pembelajaran sebagai inkuiri reflektif akan menempatkan guru sebagai:
a.      individu yang terus-menerus belajar, juga berperan sebagai siswa.
b.      Seorang guru yang menantang siswanya untuk menjadi pelajar yang reflektif
c.      Seorang profesional yang terus-menerus merefleksikan keefektifannya sebagai guru
d.     Seorang profesional yang selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya  

2. Perkembangan sebagai Tujuan Pembelajaran
Bukan hal mustahil bahwa pembelajaran yang ekselen (unggul) dikerjakan oleh guru-guru artistik yang tidak memiliki konsep yang jelas tentang tujuan tetapi mereka secara intuitif memiliki pemahaman tentang apa proses pembelajara yang baik, materi apa yang dianggap penting, topik apa yang relevan dengan pengembangan peserta didik, bagaimana menyajikan bahan secara efektif, serta bagaimana menilai keberhasilan siswa.

Persoalan yang muncul adalah apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu? Salah satu hal yang dirisaukan atas praktek pendidikan adalah ketidakseimbangan pengembangan aspek intlektual dan nonintelektual. Kecenderungan proses pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kekurangbermaknaan dan bukan proses personalisasi.
Dalam kaitan dengan perkembangan peserta didik, proses pembelajaran memiliki fungsi:
  1. Pengembangan, yakni membantu peserta didik mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan keunikannya
  2. Peragaman, yaitu membantu peserta didik memilih arah perkembangan yang tepat sesuai dengan potensi dan peluang yang diperolehnya
  3. Integrasi, yaitu membawa keragaman perkembangan kearah dan tujuan yang sesuai dengan eksistensi kehidupan manusia.

B. Prosedur Pengembangan Rancangan Pembelajaran

Kegiatan dalam menyusun rancangan-rancangan ini mencakup:

1.         Analisis kurikulum
Secara fisik, kurikulum dituangkan dalam suatu dokumen yang pada intinya menggambarkan cakupan bahan ajar yang harus diajarkan dalam tingkatan kelas dan kurun waktu tertentu. Di dilam praktek seorang guru dituntut untuk mengartikulasikan kurikulum ke dalam ragam dan rentang pengalaman belajar peserta didik. Persoalan yang muncul adalah bagaimana agar kurikulum yang terlaksana tadi tidak menyimpang dari kurikulum yang ideal.
Ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis kurikulum:
  1. Total waktu yang anda miliki untuk menangani topik-topik utama yang harus diajarkan.
  2. Asumsi-asumsi uang anda gunakan tentang pengetahuan dan keterampilan awal peserta didik untuk memulai mempelajari topik-topik baru.
  3. Tujuan umum belajar yang dirumuskan untuk siswa.

a. waktu
keseluruhan waktu yang harus anda rancang untuk pengajaran harus mencakup waktu untuk mengajarkan seluruh isi pelajaran dan waktu yang diharapkan dimiliki siswa untuk mengerjakan pekerjaan diluar kelas. Rancangan waktu dapat dirumuskan dalam waktu tatap muka dengan siswa, administrasi kelas, dan kegiatan luar kelas. Pemahaman anda tentang keseluruhan isis pelajaran yang harus dipelajari siswa dan total waktu yang tersedia untuk pembelajaran, menghendaki perjanjian atau pemahaman kurikulum yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan siswa pada proses belajar sebelumnya.

b. Pengetahuan dan keterampilan awal
Suatu kurikulum atau lingkup pelajaran dirancang dan disusun atas suatu asumsi tak tertulis tentang pengetahuan dan keterampilan yang menyangkut pengetahuan siswa sebelumnya.
Benyamin Bloom (1976) mengembangkan teori yang menjelaskan mengapa unjuk kerja siswa berbeda atas tugas-tugas pembelajaran yang dihadapakan kepadanya. Teori ini mengatakan sebagai berikut:
  1. Sampai dengan 50% keragaman prestasi siswa ditentukan oleh kepemilikan keterampilan kognitif aawal yang diperlukan untuk memulai pembelajaran.
  2. Sampai 25% keragaman prestasi ditentukan oleh karakteristik afektif awal
  3. Sampai dengan 25% keragaman prestasi siswa ditentukan oleh balikan yang afektif dan tepat waktu dari guru/bahan pembelajaran.

2. Tujuan Pembelajaran
Ada 4 tipe tujuan pembelajaran. Pertama, tujuan keprilakuan, rumusan tujuan yang ada dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diobservasi, diukur, dan diuji bahwa siswa sudah menguasai dengan baik perilaku yang harus dicapai secara khusus. Kedua, tujuan pemecahan masalah, merumuskan pembelajaran siswa dalam proses untuk menggunakan pikiran melalui pengkajian isu yang tak memiliki pemecahan yang spesifik. Ketiga, tujuan ekspresif, merumuskan pembelajaran siswa ke dalam tingkat pengalaman tinggi yang berpengalaman tinggi yang bermakna secara individual apakah sebelumnya sudah diansipasi atau belum. Keempat, tujuan afektif, ada kesamaan dengan tujuan ekspresif, hanya tujuan afektif terfokus pada respon-respon emosional terhadap kurikulum dan pengajaran.

3. Rancangan Kegiatan Pembelajaran
Secara opeasional kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam satuan pelajaran diartikan sebagai sebuah waktu yang dirancang untuk mengajari siswa suatu topik sederhana, bisa berupa konsep, keterampilan, proses, diskusi singkat tentang cerita pendek, atau novel. Setiap kegiatan pembelajaran dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
a.      Kegiatan awal
Pada saat anda memperkenalkan topik baru kepada siswa, perlu diingat bahwa siswa harus dibantu memahami topik itu dalam konteks keseluruhan pengajaran.
b.        Rancangan untuk kegiatan inti pembelajaran
Banyak ragam yang dilaksanakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang beraneka ragam pula. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan menjadi panduan bagi anda dala memikirkan seluruh prosese pembelajaran, memutuskan hasil yang paling penting yang harus dicapai, mengaitkan tujuan pembelajaran dengan tujuan kurikulum.
c.        Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa merumuskan iktisar yang bertujuan untuk:
  1. mengkaji ulang butir-butir penting dari isi dan kegiatan pembelajaran
  2. memungkinkan siswa merefleksikan pembelajaran dan menggambarkan kumpulan dari pengalaman pembelajaran
  3. memberikan gambaran tentang pembelajaran yang akan atang.

4. Perencanaan Evaluasi
Salah satu komponen penting dari seluruh perencanaan pembelajaran adalah perencanaan untuk mengetahui apakah setelah kurun waktu tertentu siswa anda memperoleh kemajuan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau apakah siswa anda siap mencapai tujuan yang lebih kompleks. Evaluasi yang merangkum seluruh hasil belajar siswa pada jangka waktu tertentu disebut evaluasi sumatif. Sedangkan evaluasi yang dimaksudkan untuk melihat kemajuan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung disebut evaluasi formatif.

C. Rancangan Unit Pembelajaan

Dalam kaitan dengan rancangan pembelajaran, anda perlu membedakan tujuan unit dan tujuan satuan pelajaran. Tujuan unit akan mencapai beberapa minggu kegiatan dan satuan pelajaran sebelum siswa dapat menguasai keseluruhannya. Satuan-satuan pelajaran akan terbangun dalam suatu kesatuan tang tertata dalam suatu unit yang kohesif.


Kegiatan Belajar 3

Peran Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Dan Manajemen Kelas

A.        Mengapa Perlu Manajemen Kelas

Proses pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Sorang guru dapat dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Ada hubungan fungsional antara perbuatan guru mengajar dengan perubahan peilaku peserta didik . Artinya, proses pembelajaran itu memberikan dampak kepada perkembangan  perserta didik.

Setiap kegiatan pembelajaran bertolak dari dan terarah kepada pencapaian tujuan. Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai damapak dari proses pembelajaran, yang dapat dibedakan ke dalam dampak langsung (dampak instruksional) dan dampak tak langsung (dampak pengiring).
-              dampak langsung            : dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan
  pembelajaran yang telah diprogramkan semula .
-              dampak pengiring           : sesuatu yang bisa terjadi kearah positif maupun
  negative. Dampak ini muncul sebagai pengaruh
  dari atau terjadi pengalaman dari lingkungan
  belajar.
Dalam suatu kegiatan pembelajaran bisa terjadi lebih dari dari satu dampak pengiring, bias berwujud dalam bentuk pemahaman, apresiasi, sikap, motivasi, kesadaran, keterampilan social, dan perilaku sejenis lainnya. Dampak pengiring pada suatu proses pembelajaran bisa menjadi dampak instruksional dari proses pembelajaran yang lain. Oleh karena itu, dalam wujud perilaku individu dampak instruksional dan pengiring akan menjadi satu keterpaduan. Kondisi ini merupakan gamabaran perilaku afektif dari proses perkembangan perserta didik.
Pembelajaran afektif adalah pembelajaran yang tidak semata-mata memberikan dampak instruksional tetapi juga memberikan dampak pengiring positif.  Proses pembelajaran akan  selalu berlangsung dalam suatua degan, di sekolah jelasnya adalah adegan kelas. Adegan itu perlu diciptakan dan dikembangkan sehingga diperlukan manajemen tersendiri untuk mengembangkan dan memelihara adegan itu, yang disebut dengan manajemen kelas.

Manajemen kelas merupakan hal penting dalam pembelajaran. Alasannya cukup sederhana, karena manajemen  kelas merupakan perangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakannya untuk mengembangkan dan memelihara kondisi kelas ayang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Jadi, manajemen kelas yang efektif menjadi prasyarat utama bagi pembelajaran yang efektif.

B. Sembilan Pendekatan

1.      Pendekatan otoriter
Pendekatan ini memandang bahwa manajemen kelas adalah proses mengendalikan perilaku peserta didik. Dalam posisi ini, peranan guru adalah mengembangkan  dan memelihara aturan atau disiplin di dalam kelas.
2.      Pendekatan intimidasi
Pendekatan ini memandang bahwa manajemen kelas sebagai proses mengendalikan perilaku peserta didik. Pendekatan intimidasi lebih dilandasi oleh asumsi bahwa perilaku perserta didik paling baik dikendalikan  oleh perilaku guru, seperti menyalahkan, mengancam, memaksa dana menolak. Peran guru adalah mengiring perserta didik berperilaku sesuai dengan keinginan guru sehingga mereka merasa takut untuk melanggarnya.
3.      Pendekatan permisif
Pendekatan ini bertentangan langsung  dengan pendekatan intimidasi. Esensi pendekatan terlatak pada peran guru memaksimalkan kebebasan peserta didik, membantu peserta didik merasa bebas melakukan apa yang mereka inginkan.

4.      Pendekatan buku masak
Pendekatan ini didasarkan atas konsep teoritis atau landasan psikologis tertentu. Pendekatan ini merupakn kombinasi dari berbagai pandangan  dan himpunan “resep” bagi guru. Disajikan dalam bentuk daftar tentang apa ang hendaknya dilakukan dan tidak dilakukan  guru di dalam bereaksi atas berbagai situasi bermasalah. Pendekatan ini disebut pendekatan buku masak karena berisi rakitan daftar tahap apa yang harus dilakukan guru.
5.      Pendekatan Instruksional
Pendekatan ini didasarkan pada suatu keyakinan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang cermat (carefull) akan mencegah muncul perilaku bermasalah. Pendekatan ini menekankan bahwa perilaku guru dalam pembelajaran adalah mencegah dana melaksanakan pembelajaran dengan baik.
6.      Pendekatan modifikasi perilaku
Pendekatan ini memandang manajemen kelas sebagai proses memodifikasi perilaku peserta didik. Peran guru adalah mempercepat tercapainya perilaku yang dikehendaki dan mengurangi atau menekan perilaku yang tidak dikehendaki. Dengan kata lain guru membantu perserta didik mempelajari perilaku yang tepat dengan menggunkan prinsip-prinsip pengkondisian dan penguatan.
7.      Memandang menajemen kelas sebagai proses menciptakan iklim sosiol
      emosional yang positif di dalam kelas.
Peran guru adalah mengembangkan ilkim sosio-emosional kelas yang poisitif melalui pengembangan hubungan antar pribadi yang sehat. Dalam pendekatan ini juga terkandung peran guru sebagai fasilitator dan motivator bagi perserta didik untuk lebih berkembang dengan optimal.
8.      Menempatkan kelas sebagai suatu system social dimana proses kelompok
     dalam system tersebut menjadi hal penting yang paling utama.
Hakekat dan perilaku kelompok kelas dipandang sebagai factor yang memiliki pengaruh berarti (signifikan) terhadap belajar, bahkan dalam proses belajar individual sekalipun. Peran guru adalah mempercepat  perkembangan dan aterwujudnya kelompok kelas yang efektif.

Kedelapan pendekatan diatas menggambarkan perbedaan dalam manajemen kelas, dengan  masing-masing keyakinan, akan tetapi tidak ada satu pendekatan pun yang teruji paling baik. Oleh karena itu, setiap guru didorong untuk menyerap pendekatan-pendekatan tersebut dan tidak hanya bertolak dari satu pendekatan saja. Perlu dilihat juga adanya kejamakan definisi tetntang manajemen kelas.
9.      Kejamakan definisi
Yang akan memperluas ragam pendekatan dari mana kita akan memilih strategi untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang mendukung terjadinya pembelajaran yang efektif. Pendekatan jamak atau pluralistic (James M. Cooper, ed., 1990) ini tidak mengikat guru kepada strategi manajerial tunggal, melainkan memberi peluang kepada guru untuk mempertimbangkan seluruh strategi yang dapat dan tepat dilakukan.

Pendekatan kejamakan dapat dirumuskan sebagai perangkat  kegiatan diamana guru mengembangkan dan memelihara kondisi kelas ayang mendorong terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien. Brophy dan Putnan (Good dan Brophy, 1990) menyebutkan sebagai pendekatan optimal, yaitu sebagai proses pengembangan lingkungan belajar yang dikehendaki dan menekanakan sekecil mungkin pembatasan-pembatasan.

Fungsi pokok manajemen kelas adalah :
  1. Fungsi preventif, mencegah munculnya perilaku bermasalah
  2. Fungsi kuratif, menyembuhkan perilaku bermasalah
  3. Fungsi pemeliharaan, memelihara kondisi yang positif
  4. Fungsi pengembangan, mengembanagkan kondisi yang kondusif
  5. Fungsi faslitator, menfasilitasi kebutuhan-kebutuhan untuk berkembang
  6. Fungsi motivator, memberikan dorongan untuk berprestasi dan berkembang



C. Pembelajaran dan Manajemen

Pembelajaran akan menyangkut  dua perangkat kegiatan yaitu : mengajar dan manajemen. Kegiatan mengajar dimaksudkan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Contohnya mediagnosis kebutuhan perserta didik, perencanaaan pengajaran, penyajaian informasi, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan manajerial dimaksudkan untuk menciptakan dan memelihara kondisi  yang memungkinkan pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Contohnya  pemberian hukuman dan ganjaran, pengembangan rapport (hubungan akrab) antara guru dan perserta didik, dan pengembangan norma kelompok yang produktif.

Manajemen kelas adalah prasyarat dan sekaligus menjadi aspek penting bagi terjadinya proses pembelajaran yanga efektif. Contoh strategi manajemen kelas yang efektif :
  1. Strategi otoriter efektif untuk mengikuti perilaku yang keliru.
  2. Strategi modifikasi perilaku efektif untuk meningkatakan perilaku yang tepat.
  3. Strategi sosio-emosional efektif untuk mempercepat hubungan anatar pribadi yang positif.
  4. Strategi proses kleompok efektif untuk menumbuhkan norma kelompok kelas.

1.      Faktor Keragaman Dan Perkembangan Di Dalam Manajemen Kelas
Keragaman individual dan kelompok diantara perserta didik membawa impliksi terhadap manajemen kelas. Keragaman usia, jender (yaitu identitas jenis), etnik kecakapan dan kesiapan belajar adalah factor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam manajemen kelas. Contoh :  kemampuan identitas jenis yang tampak pada anak sekolah dasar adalah aktivitas fisik. Anak laki-laki secara fisik lebih aktif daripada anak perempuan. Implikasi dari kondisi ini bahwa di dalam manajemen kelas sulit dilakukan pembatasan-pembatasan yang ketat bagi aktivitas fisik anak.
Ilustrasi diatas tidak mengandung arti bahwa pembatasan harus ditiadakan, akan tetapi perlu dilakukan penyesuaian. Dalam hal ini guru hendaknya memikirkan dana mencermati :
1.         Apakah model pembelajaran yang digunakan cocok bagi peserta didik.
2.         Pembatasan-pembatasan fisik apa yang benar-benar dilakukan?
3.         Adakah ragam cara yang bias ditempuh untuk mencapai tujuan, sehingga peserta didik dapat menggunakan berbagai cara untuk lebih disukai dan cocok dengan dirinya?
Artinya guru perlu melakukan penyesuaian terhadap kondisi peserta didik.

Karena sifat dan karakteristik perkembangan  peserta didik, kelas-kelas di tingkat sekolah dasar, dapat digolongkan ke dalam kelas awal / rendah (kelas 1-3) dan kelas tinggi (4-6). Bahkan Brophy dan Evertson (Good dan Brophy, 1990) membedakannya ke dalam kelas-kelas awal, tengah dan tinggi. Penggolongan kelas seperti ini membawa implikasi terhadap peran guru dan teknik manajemen kelas.

Peran guru dalam setiap golongan kelas adalah :
a.        Pada tingkat taman kanak-kanak dan kelas awal. Pada tingkat ini anak disosialisasikan ke dalam aperan serta didik dan diajari keterampilan dasar. Perilaku menyenangkan guru masih tamapak dominant pada tingkat inio. Pada kelas ini, aspek pengajaran dan sosialisasi menjadi aspek fundamental dari manajemen kelas.
b.        Pada tingkat kelas rendah. Tingkat ini berawal ketika sosialisasi terhadap peran peserta didik dilakaukan dan terus dilanjutkan pada tingkat berikutnya. Pada tingkat ini anak sudah lebih mengenal aturan rutin sekolah dan dia relative menyepakatinya. Gangguan serius mulai muncul, walaupun bukans ebagai hal yang umum. Dalam kondisi ini memelihara lingkungan belajar yang tepat merupakan aspek sentral dari manajemen kelas bagi keberhasilan pembelajaran.
c.        Pada tingkat kelas tinggi. Pada tingkat ini anak mengalihkan orientasi dari menyenangkan guru  kepada amenyenangkan kelompok sebaya. Guru mulai disesalkan jika betindak sebagai figur otoritas. Keadaan ini menjadi unsure penting dari peran guru.
d.       Pada tingkat lanjutan Pada tingkat ini guru harus memperhatikan benar siswa dari segi minat, kepribadian, kemampuan, sifat, kebutuhan, masalah agar pembelajaran dapat terjadi optimal dan perlu memeprhataikan factor psikologi anak yang mencakup masa peralihan dari anak ke remaja (pubertas) dan dari remaja ke dewasa.

2.      Tahap-tahap proses manajemen kelas
Di dalam pendekatan jamak ada emapat langkah yang harus ditempuh guru untuk melaksanakan manajemen kelas (James and Cooper, ed, 1990). Keempat lanagkah tersebut adalah :
-                      merumuskan kondisi kelas yang dikehendaki
-                      menganalisis kondisi kelas yang ada pada saat ini
-                      memilih dan menggunakan strategi manajerial
-                      menilai efektivitas manajerial

3.      Merumuskan spesifikasi kondisi kelas yang dikehendaki
Manajemen kelas adalah proses yang bertujuan yaitu guru menggunakan berbagai strategi manajerial untuk menacapai tujuan yang telah dirumuskan dan didentifikasi dengan baik. Oleh karena itu, tahap pertama yang harus dilakukan guru ialah merumuskan spesifikasi kondisi kelas yang dikehendaki, sebagai suatu kondisi ideal. Secara konkret kondisi kelas yang dikehendaki dapat dirumuskan dalam bentuk rumusan perilaku peserta didik yang diharapkan terjadi pada saat proses pembelajaran. Harapan guru terhadap perserta didik sekaligus merupakan perasn peserta didik itu. Good dan Brophy (1990) merumuskan peran serta peserta didik ke dalam tiga peran okok, yaitu :
a.        Penguasaan keterampilan dasar
b.        Pengembangan minat terhadap pengetahuan tentang topic-topik yang terkandung dalam kurikulum
c.        Partisipasi sebagai anggota kelompok

4.      Menganalisis kondisi kelas aktual
Kondisi kelas actual adalah kondisi pada saat ini. Analisis kondisi kelas pada saat ini penting dilakukan pada tahap satu. Analisis semacam ini akan membantu guru untuk mengidentifikasi hal-hala berikut ini :
a.      Kesenjangan  antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, dana menetapkan hal-hal yang segera memerlukan perhataian.
b.      Masalah-masalah potensial yang bias muncul sekiranya guru berhasil mencegahnya.
c.      Kondisi nyata yang perlu dipelihara, ditingkatakan dan dipertahanakan karena merupakan kondisi yang dikehendaki.

·         Memilih dana menggunakan strategi manajerial
Memilih dan menggunakan strategi yang  akan dilakukan untuk menjembatani kesenajangan kondisi actual dengan kondisi ideal atau menyelesaiakan masalah, mencegah timbulnya masalah dana memelihara kondisi positif yang telah terjadi. Guru dapat memilih lebih dari satu pendekatan manajerial di dalam mengembangkan kondisi kelas yang mendukung proses pembelajaran yang efektif.

·         Menilai efektivitas manajerial
Pada tahap keempat ini guru menilai upayanya sendiri. Sampai diamana uapay yang dilakukan itu dalam mengembangkan dana memelihara kondisi yang dikehendaki, serta samapai dimana upaya itu dapat mempersempit kesenjangan antara kondisi actual dengan ideal. Penilaian ini difokuskan kepada dua perangkat perilaku (perilaku guru dan peserta didik). Untuk keperluan penilaian  data dikumpulkan dari 3 sumber yaitu guru, peserta didik dan pengamat luar.

5.      Penataan lingkungan fisik kelas’
Manajemen yang baik terarah kepada uapaya pencegahan munculnya perilaku bermasalah dan penataan lingkungan fisik merupakan unsure penting dalam manajemen kelas. Wahana lingkungan fisik akana mempengaruhi perilaku peserta didik baik secara langsung maupun melalui perilaku guru kepada peserta didik. Dilihat dari sisi ukuran kelas, secara umum kelas kecil lebih mudah dikelola daripada kelas besar. Ada beberapa keuntungan bekerja dengan kelas kecil (20-25 orang) yaitu :
  1. Lebih banyak dilibatakan di dalam proses kerja
  2. Tidak terlalu lama menunggu bantuan guru jika mereka menghadapi masalah
  3. Tidak banyak mengalami kevakuman karena tidak ada tugas atau latihan.

Pengelompokan peserta didik ke dalam kelompok kecil harus dilakukan dengan hati-hati. Apakah kelompok akan dibuat secara homogen atau heterogen. Kelompok homogen adalah kelompok yang terdiri atas peserta didik dengan kemampuan dana kebutuhan yang relative sama. Kelompok heterogen adalah kelompok yang terdiri atas peserta didik dengan kemampuan dana kebutuhan yang beragam. Kelompok homogen akan lebih mudah dikelola tetapi sulit memunculkan peran pengambil inisiatif di dalam kelompok. Kelompok heterogen memerlukan keragaman perlakuaan tetapi mungkin dapat dimunculkan peran-perana pengambil inisiatif yang dapat meningkatakan dinamika dan produktivitas kelompok.

Ada beberapa keuntungan baik bagi peserta didik maupun guru dengan bekerja dalam kelompok kecil :
  1. Pembelajaran dapat disesuaiakan dengan kebutuhan khusus peserta didik dalam kelompok.
  2. Guru dapat memantaua pekerjaan peserta didik secara alangsung dan menberikan balikan sesegera mungkin.
  3. Peserta didik yang lamban dana pemalu akan lebih bertahan bertanya dalama kelompok kecil
  4. Peserta didik akana lebih mampu bertahan amenghadapi tugas dan berperilaku ajak karena amereka selalu tersentuh oleh kendali guru.
  5. Peserta didik merasa lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya di dalam kelompok kecil.

Kegiatan Belajar 4

Peran Guru Dan Evaluasi Pembelajaran

A.      Definisi Dan Tahapan Evaluasi

Rumusan paling sederhana tentang mengevaluasi adalah menempatkan sesuatu nilai atas dasar timbangan (judgment). Menimbang bukanalah suatu kegiatan yang independent, melaiankan di dasarkan atas informasi-informasi yang merupakan prasyarat untuk mengambil keputusan. Jadi evaluasi adalah proses pembentukan timbangan, bergantung kepada pengumpulan informasi yang mengarah kepada pengambilan keputusan.

Ada 3 tahap dalam evaluasi :
  1. memperoleh informasi
  2. membentuk judgment
  3. mengambil keputusan
dengan menambaha tahapan persiapan dana perluasan pada 3 tahap, maka proses evaluasi akan berlangsung dalam tahapan berikut :
Tahap 1           Persiapan evaluasi
Tahap 2           memperoleh informasi yang diperlukan
Tahap 3           Membentuk judgment
Tahap 4           Menggunakan judgment di dalam pengambilan keputusan dan mempersiapkan laporan evaluasi.

B.      Memilih Tekhnik yang Tepat

1.        Memilih tehknik yang tepat
Ada empat tekhnik yang bias dgunakan guru untuk memperoleh informasi tentang dirinya dan siswa yaitu : Inkuiri (bertanya), observasi analisis dan testing. Observasi dibuat guru manakal dia melihat, merasakan, mendengarkan atau menggunakan berbagai penginderaan untuk mengetahui berbagai hal yang terjadi di dalam kelas. Analisis adalah proses memecahkan dan memilah sesuatu ke dalam bagian-bagian. Testing digunakan pada saat ada situasi umum dimana semua siswa merespon serta ada aturan, ada petunjuk umum tentang bagaimana siswa memberikan respons serta ada aturan umum dalam pemberian nilai dan deskripsi unjuk kerja siswa.

2. Memilih instrument yang paling baik
Tekhnik merujuk kepada prosedur pemerolehan informasi, sedangkan instrumen adalah alat yang digunakan untuk membantu kita mengumpulkan informasi. Ada 4 ipe alat pengumpul data yaitu : tes, daftar cek, skala penilaian dan kuesioner. Tes adalah alat yang menyajikan situasi umumdimana semua siswa  merespons, ada petunjuk umum, dan aturan umum penskoran jawaban siswa. Daftar cek pada dasarnya adalah daftar kriteria atau ”sesuatu untuk mencari” untuk menilai kinerja atau hasil akhir. Seseorang menggunakan daftar cek dengan cara menandai kriteria yang ditemukan atau yang cocok dengan kinerja guru/hasil yang ditunjukkan. Skala penilaian, sama halnya dengan daftar cek yang dilngkapi dengan skala nilai seperti baik, cukup, kurang dan sebagainya. Kuesioner terutama berguna untuk mengumpulkan pendapat, perasaan dan minat. Kuesioner digunakan jika kita tidak mengutamakan tipe jawaban yang mungkin diperoleh. 

C.      Menulis Butir Soal Yang Efektif

Butir soal untuk mengukur hasil belajar harus dikembangkan atas dasar tujuan instruksional.
·         Menulis butir soal
  1. Butir soal uraian (essai)
Adalah suatu bentuk soal yang harus dipecahkan siswa dengan memberikan kesempatan yang luas kepada siwa untuk mengemukakan berbagai pendapat dan analisisnya terhadap soal tersebut. Di dalam menyusun soal uraian guru hendaknya memperhatikan persyaratan-persyaratan berikut :


-           Rumuskanlah setiap butir soal secara jelas dan spesifik
-           Pertimbangkanlah/pilihlah topic-topik pokok yang diujikan,s ehingga soal yang disajikan cukup mewakili keseluruihan materi yang akan dinilai
-           Setiap butir soal hendaknya berisi satu persoalan
-           Dalam rumusan soal hendaknya sudah tersirat tentang kemungkinan jawaban yang diminta

Agar rumusan soal uraian tidak menimbulkan berbagai tafsiran, perlu dilakukan perbaikan dengan memfokuskan  rumusan soal, yaitu :
1.  Memecahkan masalah
2.  Menganalsis
3.  Meperbandingkan
4.  Mengkritik
5.  Memberi contoh
6.  Menyimpulkan
7.  Menyatakan maksud
8.  Menjelaskan sebab akibat
9.  Menyatakan hubungan

  1. Butir soal jamak
Pilihan jamaka merupakan bentuk soal yang paling sering digunakan untuk memudahkan pemahaman. Pilihan jamak dapat mengukur hamper semua tataran pemahaman sehingga soal tipe ini akan memiliki derajat reabilitas tinggi. Agar memiliki tingkat reliabilitas (keandalan) dan validitas (keabsahan) yang tinggi, sola pilihan jamak hendaknya disusun dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :
1.        Menyajikan masalah atau pertanayaan tunggal
2.        mengukur hasil belajar yang dapat diuji dengan memilih jawaban benar atau paling benar diantara alternative yang disediakan
3.        Alternatif jawaban dirumuskan secara homogen dalama hal rumusan kata, penulisan, panjang kalimat dan sebagainya.
4.        Alternatif mengikuti logika dan keabsahannya yang berkesinambungan dengan stem
5.        Alternatif mengandung distraktor.

  1. Butir soal benar-salah
Soal benar salah sering kali dikritik karena dipandang mengandung banyak kemingkinan tebakan. Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam menulis soal benar-salah :
1.        Gunakan  rumusan kalimat dan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
2.        Rumusan setiap butir soal bukan rumusan-rumusan kalimat yang dikutip langsung dari buku.
3.        Jika soal amenunjukkan pendapat, tegaskanlah pendapat siapa yang dimaksud
4.        Hindarkan soal yang memberikan jawaban terhadap siapa yang dimaksud
5.         Hindarkan soal yang saling bergantung dengan soal yang lain
6.        Kunci jawaban harus disusun secara acak (tidak beraturan)
7.        Hindarkan kata-kata atau kalimat yang sifatnya menjebak
8.        Susunlah soal adari yang mudah sampai dengan yang sukar.

  1. Butir soal menjodohkan
Soal menjodohkan ditulis adalama bentuk rumpun soal yang dibagi ke dalam dafatar atau urutan yang tampil dalam pasangan-pasangan soal. Soal menjodohkan biasanya digunakan untuk menguji hubungan seperti :
-         Istilah dan definisinya
-         Peristiwa sejarah dan waktu
-         Akat dan kegunaannya
-         Masalah dan pemecahannya
-         Elemen dan simbolnya
-         Penyebab dan akibatnya
-         Gambar dan tafsirannya


Persyaratan dalam menulis soal menjodohkan antara lain :
1.   Hubungan diantara 2 hal yang dikur harus tampak dalam kedua daftar
2.   Dasar untuk menentukan penjodohan harus jelas. Biasanya daftar sebelah kiri adalah soal dan dafatar sebelah kanan adalah alternative yang harus dipasangkan.
3.   Jumlah alternative harus lebih banyak dari jumlah soal, sekitar 50%
4.   Daftar yang lebih pendek sebaiknya tidak lebih dari tujuh atau delapan butir.

D.      Mengolah Hasil Pengukuran

1.      Evaluasi formatif
Adalah evaluasi yang dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan proses mengajar di dalam mencapai tujuan instruksional yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, evalusi formatif ini bermaksud pula mengetahui seberapa jauh tujuan instruksional tersebut sudah dicapai siswa. Evaluasi formatif juga dimaksudkan untuk menilai keberhasilan proses mengajar dan melakukan perbaikan terhadap proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, penilaian dilakukan setiap akhir satuan pelajaran.

Kegiatan menilai tingkat pencapaian tujuan, merupakan hal yang esensial di dalam evaluasi formatif. Di dalam evalusi formatif, soal tes harus berdasarkan kepada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang sudah dirumuskan di awal satuan pelajaran.  Pengolahan data hasil evaluasi formatif berkaitan dengan penggunaan standar mutlak Biasanya sudah ditetapkan standar minimal yang harus di capai oleh siswa secara individual dan standar mutlak (100%) sebagaia bahan pembanding terhadap jumlah persentase yang dicapai.

2.      Penggunaan hasil penilaian formatif
Digunakan untuk :
-       Menetapkan apakah proses mengajar tersebut diulangi atau bias dilanjutkan dengan satauan pelajaran lainnya.
-       Merumuskan aspek apa yang perlu dijelaskan kembali kepada murid
-      Digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam membantu menentukan nilai  murid pada penilaian sumatif.

3.      Evaluasi Sumatif
Setelah guru menyelesaikan suatu program pengajaran tertentu, dia perlu melakukan penilaian untuk mengetahui apakah siswanya sudaha berhasil menguasai materi pelajaran. Keberhasilan siswa di dalam belajar, di dalam penilaian sumatif ditunjukkan dengan posisi siswa tersebut di dalam kelompoknya.

Penilaian sumatif berfungsi untuk mengetahui tingkat keberhasilan murid di dalam belajar. Dengan kegiatan penilaian sumatif, guru dapat menggolongkan murid kepada kelompok rendah, rata-rata dan tinggi, sesuai dengan posisi yang diduduki di dalam kelompoknya. Hasil evaluasi sumatif dinyatakan dalam grading seperti skala 0-10;A, B, C, D; 0-100.

Evaluasi ini dilaksanakan pada setiap akhir satuan pelajaran (setiap akhir program pengajaran). Di dalam penilaian sumatif, aspek tingkah laku yang dinilai meliputi pengetahuan, keterampilan dan mungkin pada aspek sikap. 











1 komentar: